Tuesday 4 March 2014

Laporan Praktikum Sintesis Aspirin

Praktikum Sintesis Aspirin

 

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
     Pada pembelajaran mata kuliah kimia organik diberikan dalam dua cara yaitu secara teoritis dan praktek. Pada pembelajaran teoritis, diberikan dasar-dasar umum teori pada bangku kuliah. Sedangkan dalam praktikum, dilakukan serangkaian prosedur untuk membuktikan kebenaran dari teori-teori yang sudah ada sehingga diperoleh kesimpulan dari pembelajaran yang sesuai dengan teori dan fakta. Salah satunya yaitu praktikum kimia organik. Praktikum kimia organik sangat diperlukan, agar teori yang sudah ada dapat dikembangkan lebih jauh dengan praktikum.
            Salah satu modul yang dipelajari dalam praktikum kimia organik adalah mengenai pembuatan aspirin. Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dengan anhidrida asetat dan menggunakan katalis proton dan akan menghasilkan asam asetil salisilat dan asam asetat. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dengan mudah ditemui pemanfaatan aspirin. Aspirin biasa digunakan sebagai obat. Penggunaan obat saat ini semakin lama semakin berkembang. Banyak obat yang telah dikembangkan untuk menjadi suatu obat yang lebih baik untuk dikonsumsi.
Oleh karena itu mengingat pentingnya cara pembuatan aspirin dalam kehidupan sehari-hari, maka  dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan sintesis aspirin asam salisilat dan asetat glacial dengan metode asetilasi. Sehingga manfaat yang dapat diambil oleh praktikan adalah praktikan dapat membuat aspirin dengan kemampuan masing-masing. Mengetahui efek dari aspirin ini yang sangat bermanfaat yaitu bersifat analgesic, antiinflamasi dan antipiretik. Sehingga praktikum ini dilakukan karena efek positif yang ditimbulkan dari aspirin itu sendiri.
I.2 Rumusan Masalah
            Bagaimana cara melakukan sintesis aspirin asam salisilat dan asetat glacial dengan metode asetilasi?
I.3 Tujuan Percobaan
Untuk melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asetat glacial dengan metode asetilasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Sejarah Aspirin
Senyawa alami dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat ini telah ada sejak awal mula peradaban manusia. Di mulai pada peradaban Mesir kuno, bangsa tersebut telah menggunakan suatu senyawa yang berasal dari daun willow untuk menekan rasa sakit. Pada era yang sama, bangsa Sumeriajuga telah menggunakan senyawa yang serupa untuk mengatasi berbagai jenis penyakit. Hal ini tercatat dalam ukiran-ukiran pada bebatuan di daerah tersebut. Barulah pada tahun 400 SM, filsafat Hippocrates menggunakannya sebagai tanaman obat yang kemudian segera tersebar luas. Reverend Edward Stone dari Chipping Norton, Inggris, merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin. Pada tahun 1763, ia telah berhasil melakukan pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit dengan menggunakan senyawa tersebut. Pada tahun 1826, peneliti berkebangsaan Italia, Brugnatelli dan Fontana, melakukan uji coba terhadap penggunaan suatu senyawa dari daun willow sebagai agen medis. Dua tahun berselang, pada tahun 1828, seorang ahli farmasi Jerman, Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama salicin yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix. Senyawa ini memiliki aktivitas antipiretik yang mampu menyembuhkan demam. Penelitian mengenai senyawa ini berlanjut hingga pada tahun 1830 ketika seorang ilmuwan Perancis bernama Leroux berhasil mengkristalkan salicin. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman bernama Merck pada tahun 1833. Sebagai hasil penelitiannya, ia berhasil mendapatkan kristal senyawa salicin dalam kondisi yang sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun 1839 oleh Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3. Bayer meupakan perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin (asam asetil salisilat). Ide untuk memodifikasi senyawa asam salisilat dilatarbelakangi oleh banyaknya efek negatif dari senyawa ini. Pada tahun 1945, Arthur Eichengrun dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus asetil dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya. Pada tahun 1897Felix Hoffmann berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin. Aspirin merupakan akronim dari:
A                   : Gugus asetil
Spir               : nama bunga tersebut dalam bahasa latin
Spirae            : suku kata tambahan yang sering kali digunakan
In                  : untuk zat pada masa tersebut
Aspirin adalah zat sintetik pertama di dunia dan penyebab utama perkembangan industri farmateutikal. Bayer mendaftarkan aspirin sebagai merek dagang pada 6 Maret 1899. Felix Hoffmann bukanlah orang pertama yang berusaha untuk menciptakan senyawa aspirin ini. Sebelumnya pada tahun1853, seorang ilmuwan Perancis bernama Frederick Gerhardt telah mencoba untuk menciptakan suatu senyawa baru dari gabungan asetil klorida dan sodium salisilat. Aspirin dijual sebagai obat pada tahun 1899 setelah Felix Hoffmann berhasil memodifikasi asam salisilat, senyawa yang ditemukan dalam kulit kayu dedalu.
Bayer kehilangan hak merek dagang setelah pasukan sekutu merampas dan menjual aset luar perusahaan tersebut setelah Perang Dunia Pertama. Di Amerika Serikat (AS), hak penggunaan nama aspirin telah dibeli oleh AS melalui Sterling Drug Inc., pada 1918. Walaupun masa patennya belum berakhir, Bayer tidak berhasil menghalangi saingannya dari peniruan rumus kimia dan menggunakan nama aspirin. Akibatnya, Sterling gagal untuk menghalangi "Aspirin" dari penggunaan sebagai kata generik. Di negara lain seperti Kanada, "Aspirin" masih dianggap merek dagang yang dilindungi (http://id.wikipedia.org/).
II.1.2 Pengertian Aspirin
Asam asetil salisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisil atasetat dan yang paling terkenal adalah aspirin (brandname produk dari Bayer). Serbuk atau  kristal asam asetil salisilat dari tidak berwarna sampai berwarna putih. Asam asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jikaterkena uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah 1350C.
Gambar II.1 Stuktur Aspirin
(http://id.scribd.com/)
Aspirin atau asam asetil salisilat atau asetosal adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangn jantung.
Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula yang terikat pada non-glikosida L. Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam salisilat.
Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, hal ini dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari perusahaan bayer, Jerman.
Dalam tablet aspirin komersiil sering kali masih terdapat asam salisilat didalamnya, juga ada yang kadar aspirinnya tidak memenuhi standar, karena itu perlu diuji kandungannya dengan uji FeCl3 dan diuji kadarnya dengan titrasi asam basa. Pada percobaan ini aspirin komersiil masih mengandung asam salisilat sedangkan kandungannya adalah 66,15% yang berarti telah memenuhi kadar kelayakan aspirin dalam sediaan farmasi oral menurut standar FDA.
Aspirin dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrida atau dapat juga direaksikan dengan asam asetat glacial bila asam asetat anhidrida sulit untuk ditemukan. Pada proses pembuatan reaksi esterifikasi ini dibantu oleh suatu katalis asam yaitu H3PO4 85% untuk mempercepat reaksi. Tetapi pada penambahan katalis ini tidak terlalu berefek maka dilakukanlah pemanasan untuk mempercepat reaksinya. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan inilah yang merupakan aspirin.
Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin. Sedangkan reaksi dengan methanol akan menghasilkan metil salisilat. Uji terhadap asam salisilat dan aspirin komersiil digunakan untuk menguji kemurnian aspirin. Kemurnian aspirin bisa diuji dengan menggunakan FeCl3. FeCl3 bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Selain itu kemurnian aspirin juga dapat ditentukan dengan uji titik leleh, dimana seharusnya titik leleh aspirin murni adalah 136 C. Sedangkan untuk kandungan analisis aspirin dapat digunakan titrasi asam basa menggunakan NaOH setelah kristal aspirin dilarutkan dalam etanol (pelarut organik).
II.1.3 MSDS Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek anti koagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin mempunyai densitas 1.40 g/cm³, titik lebur 135 °C (275 °F), titik didih 140 °C (284 °F) (decomposes), dan kelarutan dalam air 3 mg/mL (20°C).Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yangdigunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat danester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat.Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetil salisilat. Asam salisilat mimiliki rumus molekul C7H6O3, massa molar 138,12 g/mol,densitas 1,44 g/cm3, titik leleh 159°C, titik didih 211°C (2666 Pa), dan kelarutan dalam kloroform, etanol, metanol kloroform 0,19 M; etanol 1,84 M; metanol 2,65 M.
II.1.4 Macam-Macam Proses Pembuatan Aspirin
            Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester merupakan turunan asam karboksilat yang gugus – OH darikarboksilnya diganti dengan gugus – OR dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asamdengan alkohol, atau dari anhidrida asam dengan alcohol. Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi. (Fessenden & Fessenden, 1986)
Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversible. Anhidrida asam ialah turunan dari asam dengan mengambil air dari dua gugus karboksil dan menghubungkan fragmen-fragmennya. Esterifikasi atau pembentukan ester terjadi jika asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol primer atau sekunder dengan sedikit asam mineral sebagai katalis. Produksi ester secara industri dilakukan dengan mereaksikan anhidrida asam dengan alkohol. Ester yang dibuat dengan cara ini adalah asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin. (http://id.scribd.com/)
Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu asam salisitat direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga direaksikan dengan asam asetat glasial bila asam asetat anhidrad sulit untuk ditemukan. Asam asetat anhidrad ini dapat digantikan dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial ini bersifat murni dan tidak mengandung air selain itu asam asetat anhidrad juga terbuat dari dua asan asetat glasial sehingga pada pereaksian volumenya semua digandakan.  Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan inilah yang merupakan aspirin. (http://id.wikipedia.org/wiki/Aspirin)
II.1.5 Macam-Macam Manfaat Aspirin
Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang dikenal sebagai prostaglandins. Siklooksigenase, sejenis enzim yang terlibat dalam pembentukan prostaglandins dan tromboksan, terhenti tak berbalik apabila aspirin mengasetil enzim tersebut. Prostaglandins ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek di dalam tubuh termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatantermostat hipotalamus. Tromboksan pula bertanggungjawab dalam pengagregatan platlet. Serangan Jantung disebabkan oleh gumpalan darah dan rangsangan sakit menuju ke otak. Oleh karena itu, pengurangan  gumpalan dan rangsangan sakit ini disebabkan konsumsi aspirin pada kadar yang sedikit dianggap baik dari segi pengobatan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Aspirin)
Menurut Prof. Thomas A. Pearson, aspirin memiliki banyak manfaat. antara lain:
-          berdasarkan data yang terkumpul dari British Doctors Trial & uji serangan iskemik di Inggris menunjukkan bahwa penggunaan aspirin secara rutin sebanyak 300 mg/hari dapat menurunkan resiko kanker kolerektal, juga kanker payudara, prostat, paru, payudara, lambung dan esofageal.
-          pemberian 325 mg/ hari dapat memperbaiki suplai darah ke otak dan performa kognitif. studi longitudinal telah dilakukan terhadap 1.686 yang hasilnya terjadi penurunan sebesar 60 persen atas resiko alzheimer di antara pengguna obat antiinflamasi non streoid (NSAIDs, termasuk aspirin) lebih dari 2 tahun. hasil meta analisis juga menyebutkan 15 penelitian menyimpulkan bahwa NSAIDs memberikan perlindungan bagi perkembangnya penyakit alzheimer.
-          studi acak yang telah dilakukan terhadap 139 wanita beresiko pre-eklampsia, 35 persen menerima aspirin dan 62 persen menerima plasebo mengalami pre-eklampsia. selain itu, meta analisis dari 14 penelitian, 12.416 wanita menunjukkan manfaat apirin untuk mengurangi resiko kematian dari perinatal & pre-eklampsia (http://medicalera.com/).
II.1.6 Reaksi Pembentukan Aspirin
            Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat. Perlu diperhatikan saat menggunakan anhidrida asetat pipet yang digunakan benar-benar bersih dan kering karena air dapat menghidrolisis Aspirin dihasilkan melalui reaksi sesuai persamaan berikut :



Gambar II.1 Gambar reaksi pembuatan aspirin
Proses pembentukan aspirin ini dilakukan pada suhu 60° C selama kurang lebih tiga puluh menit. Dalam reaksi ini gugus hidroksil fenolik diasetilasi (dikonversi menjadi ester asetat) menjadi asetilasetat. Suatu alcohol dikatakan terasetilasi bila terkonversi menjadi ester asetatnya. Dari proses ini dihasilkan endapan putih yaitu aspirin kasar yang masih mengandung pengotor . Berat aspirin kasar basah yang kami dapatkan pada praktikum yaitu 9,72 gr.
Aspirin kasar ini kemudian dimurnikan dengan melarutkannya dalam campuran etanol 30 ml dan 75 ml air, agar aspirin larut sempurna dilakukan pemanasan pada suhu 50 ° C. Dengan demikian aspirin akan larut dan dapat dipisahkan dari pengotornya dengan penyaringan dengan corong Buchner.
Filtrat hasil penyaringan mengandung aspirin murni didinginkan dan dibiarkan membentuk kristal aspirin selama kurang lebih 20 menit setelah tidak lagi terbentuk kristal. Kristal disaring dan dilakukan pengovenan pada suhu 50 ° C selama 2 jam. Hasil kristal aspirin murni yang didapat yaitu 3,06 gr. Berat yang diharapkan yaitu 7,2 gr , maka %yield aspirin yang diperoleh yaitu 39,35%
Dari uji kelarutan aspirin terhadap alcohol, air panas, dan air dingin kami mengamati waktu 1 gr aspirin sampai larut sempurna. Dari uji kelarutan ini aspirin paling cepat larut dalam alcohol, lalu air panas , terakhir air dingin.
Dari uji titik leleh aspirin didapat titik lelehnya yaitu 133,2° C. , sedangkan pada literature titik lelehnya adalah 137 ° C. (tagita no utopia)
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asamasetat menggunakan katalisator H2SO4 pada suhu 50 - 60ºC (Respati, 1986). Dalam reaksi ini, gugus hidroksil fenolik diasetilasi (dikonversi menjadi esterasetat) (Hart dkk, 2003). Penerima gugus asetil pada reaksi asetilasi adalahalkohol, bukan air (Wilbraham, 1992).Tahapan-tahapan pembuatan aspirin ialah
1.      Ambil dan timbang 1 gram asam 2-hidroksi benzoat. Tempatkan kedalamlabu kering berbentuk buah pir dan tambahkan 2 ml anhidrida etanoat diikutidengan 8 tetes asam fosfat pekat. Letakkan kondensor pada termos. Dalamlemari asam, campuran dipanaskan pada pemanas air sambil diaduk sampai semua larut dan panaskan selama 5 menit. 
2.      Tambahkan 5 ml air dingin pada larutan. Taruh termos kedalam bak air essambil diaduk sampai terbentuk endapan sempurna. Saring menggunakancorong Buchner dan peralatan hisap. Cuci endapan dengan sedikit air dingindan pindahkan ke kaca arloji, timbang dan keringkan dalam semalam.( Lewis, 1998)
Setelah pemanasan juga dilakukan pendinginan bertujuan untuk membentuk kristal, karena ketika suhu dingin molekul-molekul aspirin dalamlarutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan melalui proses nukleasi (induced nucleation). Adapun tahapan dalamkristal aspirin adalah sebagai berikut:
 Anhidrida asam asetat mengalami resonansi.
1.      Anhidrida asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat
2.      H+ terlepas dari OH- dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asamasetat.
3.      Anhidrida asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam asetilsalisilat(aspirin).
4.      H+ akan lepas dari aspirin.
Aspirin yang dihasilkan masih dalam bentuk tidak murni, sehingga untuk pemurnian dilakukan kristalisasi bertingkat dengan solvent berupa 50% alkoholdan 50% air. Kemurnian aspirin dapat diuji dengan cara dilarutkan kedalamalkohol, kemudian ditambahkan larutan FeCl3. Jika tidak terjadi perubahan warnaberarti aspirin sudah dalam keadaan murni, namun jika berwarna violet masihmengandung asam salisilat yang belum bereaksi (Respati, 1986)
Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat  dengan suatu alkohol membentuk suatu ester. Aspirin merupakan salisilat ester yang dapat disintesis dengan menggunakan asam asetat (memiliki gugus COOH) dan asam salisilat (memiliki gugus OH). Tetapi dalam praktikum ini digunakan anhidrida asam asetat karena anhidrida asam asetat lebih reaktif dibandingkan asam asetat, kelebihreaktifan anhidrida asam asetat ini disebabkan oleh struktur anhidrida asam asetat telah kehilangan 1 atom hidrogen sehingga atom karbon tempat hidrogen melekat menjadi lebih elektropositif. Dalam sintesis ini juga ditambahkan H3PO4 , hal ini bermaksud agar reaksi esterifikasi berjalan dengan baik dan cepat karena  H3PO4 bertindak sebagai katalis dan pemberi suasana asam.
Reaksi umum yang terjadi :
Asam salisilat   +  anhidrida ——- as. Asetat     +       aspirin
Pada percobaan ini, labu erlenmeyer yang berisi campuran antara asam salisilat dan anhidrida asam asetat dengan asam fosfat sebagai katalis / pemberi suasana asam dimasukkan kedalam pemanas air untuk mempercepat proses pelarutan asam salisilat kedalam anhidrida asam asetat sehingga pembentukan aspirin menjadi lebih cepat. Setelah itu labu erlenmeyer dikeluarkan dari penangas dan ditambahkan  aqua dm yang bertujuan untuk melarutkan asam salisilat sebagai bahan baku pembentukan aspirin karena adanya ikatan hidrogen yang terbentuk antara gugus -OH dengan air, sekaligus menghentikan reaksi karena air akan menghidrolisis anhidrida asam asetat menjadi 2 molekul asam asetat. Lalu pemberian es batu juga bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal karena kelarutan aspirin dalam suhu yang rendah itu kecil. Selanjutnya dilakukan proses kristalisasi dengan corong buchner. Setelah di dapatkan kristal , lalu di lakukan rekristalisasi yang bertujuan untuk memperoleh kristal yang lebih murni. Dengan menambahkan etanol, kristal hasil kristalisasi akan melarut dengan mudah dan kristal akan terpisah dengan air dan diperoleh kristal yang lebih murni dengan jumlah zat pengotor yang diminimalkan.

II.2 Aplikasi Industri
PENGARUH COUMARIN DAN ASPIRIN DALAM
MENGINDUKSI UMBI MIKRO KENTANG
(Solanum tuberosum L.)
Oleh : Amalia T Sakya, Ahmad Yunus, Samanhudi, Ummul Baroroh
II.2.1 Pendahuluan
            Produksi kentang di Indonesia masih sangat rendah, salah satu faktor yang menyebabkan rendah hanya hasil kentang di Indonesia adalah mutu bibit yang kurang baik. Bibit kentang dari generasi yang sudah lanjut akan menghasilkan umbi kentang yang jelek. Hal ini terutama disebabkan oleh infeksi virus yang makin lanjut generasinya makin menumpuk virusnya di dalam umbi bibit (Soelarso, 1997). Usaha untuk memperbaiki kualitas kentang di Indonesia telah dilaksanakan dengan beberapa program kegiatan. Salah satunya adalah melalui perbanyakan mikro, diantaranya penanaman stek secara in vitro yang merupakan aspek yang menarik dari penerapan kultur jaringan (Karyadi et al., 1995). Untuk mendapatkan umbi mikro kentang yang bermutu dalam waktu yang relatif pendek perlu pemberian zat pengatur tumbuh pada media, karena pembentukan umbi mikro secara in vitro tergantung dari nisbah zat tumbuh pendorong dan penghambat pengumbian. Nisbah ini dapat dilakukan dengan pemberian pendorong, mengurangi penghambat, atau kombinasi keduanya. Zat penghambat tumbuh yang berperan dalam pengumbian diantaranya adalah coumarin dan aspirin, sedangkan zat pendorongnya adalah sitokinin. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh coumarin dan aspirin terhadap pembentukan umbi mikro kentang secara in vitro dan mendapatkan kombinasi coumarin dan aspirin yang tepat untuk menghasilkan umbi mikro kentang yang berkualitas sebagai bibit.
II.2.2 Metodologi Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknology Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dari bulan September 2001 sampai Februari 2002. Bahan yang digunakan adalah stek in vitro kentang kultivar Atlantik, media MS0, sukrosa, IAA, BAP, CaP, Coumarin, Aspirin, HCl, NaOH, spirtus, alkohol, antiseptik, aquadest dan air steril. Alat yang digunakan meliputi botol kultur, lampu bunsen, Laminar Air Flow (LAF), petridish, botol semprot, pinset, skalpel, gunting, timbangan, oven, magnetic stirrer, beker glass, pH meter, gelas ukur, otoklaf, pipet, alumunium foil, plastik polipropilen (pp) 0,3 mm, karet gelang, tissue, label, alat suntik, rak kultur yang dilengkapi dengan lampu fluoresense, dan alat tulis. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri atas dua faktor, yaitu konsentrasi coumarin dan aspirin. Faktor I (konsentrasi Coumarin - mg/L), yaitu: 0, 15, 30, 45. Faktor II (konsentrasi Aspirin - mg/L), yaitu: 0, 10, 20, 30. Setiap perlakuan diulang tiga kali.
II.2.3 Hasil Penelitian
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan coumarin berpengaruh nyata terhadap tinggi plantlet, jumlah cabang, jumlah buku, jumlah akar, waktu pembentukan umbi, dan berat kering umbi. Sedangkan perlakuan aspirin dan interaksi coumarin dengan aspirin tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua peubah pengamatan.
II.2.4 Kesimpulan
Coumarin konsentrasi 45 mg/l mempercepat waktu pembentukan umbi dengan jumlah umbi terbanyak dan berat kering umbi terbesar. Tidak ditemukan adanya pengaruh dari aspirin dalam menginduksi umbi mikro kentang. Konsentrasi optimum aspirin dalam menghasilkan umbi mikro berdasarkan dugaan respon adalah 14,071 mg/l. Persentase plantlet yang menghasilkan umbi paling banyak 75 % pada kombinasi pemberian coumarin konsentrasi 45 mg/l dengan aspirin konsentrasi 20 mg/l . Tidak ditemukan adanya interaksi antara coumarin dan aspirin dalam menginduksi umbi mikro kentang.
 BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Bahan yang Digunakan
1.      Asam salisilat
2.      Asam asetat glacial
3.      Asam phospat 85%
4.      Aquades
5.      Es batu
6.      Etanol
III.2 Alat yang Digunakan
1.      Beker gelas
2.      Corong
3.      Erlenmeyer
4.      Gelas arloji
5.      Spatula
6.      Kertas saring
7.      Cawan keramik
8.      Pemanas elektrik
9.      Timbangan elektrik
10. Pipet tetes
11. Gelas ukur
12. Oven
III.3 Prosedur percobaan
1.      Sebanyak 1,4 gram asam salisilat dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.
2.      Menambahkan 4 ml asam asetat glasial sambil dibilas.
3.      Menambahkan juga asam phospat 85% (H3PO4) sebanyak 5 tetes. Setelah itu dipanaskan. Setelah 5 menit diangkat atau kira-kira suhu mencapai ± 80oC dan tambahkan 2 ml aquades.
4.      Ditunggu sampai 3 menit, setelah itu ditambah lagi 20 ml air dingin.
5.      Dibiarkan hingga mengkristal, bila tidak mengkristal dapat dilakukan penggoresan pada dinding dengan batang pengaduk.
6.      Ditunggu hingga terbentuk kristal bila sudah terbentuk dimasukkan ke dalam corong kaca lalu dipisahkan. Setelah itu dilakukan rekristalisasi.
7.      Dibilas dengan 5 ml etanol.
8.      Keringkan hasil kristal, kemudian timbang untuk mengetahui hasil persen berat dari sintesis aspirin.
 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1  Hasil Percobaan Sintesis Aspirin
Tabel IV.1 Hasil Percobaan Sintesis Aspirin
Massa Asam Salisilat
(gram)
Volume Asam Asetat Glasial (ml)
Volume H3PO4
Massa Aspirin
(gram)
1,4
4
5 tetes
1,8
IV.2 Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan anhidrat asetat dengan metode asetilasi. Aspirin merupukan turunan dari asetil salisilat yang sangat berkhasiat, diantaranya berfungsi sebagai analgetik, antiseptic, penghambat pembentukan hormon, agen peuretik, agen untuk mengatasi sindrom batter. Aspirin dapat dihasilkan dengan menggunakan reaksi esterifikasi dengan metode asetilasi. Pembuatan aspirin dimulai dari menimbang asam salisilat sebanyak 1,4 gram, kemudian memasukkan asam salisilat 1,4 gram tersebut ke dalam erlenmeyer 125 ml ; menambahkan 4 ml asam asetat glasial sambil dibilas ; menambahkan juga H3PO4 85% sebanyak 5 tetes ke dalam erlenmeyer 125 ml yang telah diisi asam salisilat 1,4 gram, setelah itu erlenmeyer dipanaskan di atas pemanas elektrik hingga 5 menit, lalu diangkat dan menambahkan 2 ml aquadest ; menunggu selama 3 menit sambil direndam ke dalam air es, setelah itu menambahkan lagi 20 ml aquadest dingin ke dalam erlenmeyer 125 ml ; menunggu hingga terbentuk kristral, bila tidak mengkristal dapat dilakukan penggoresan dinding dengan batang pengaduk ; bila sudah terbentuk kristal, menyaringsaring dengan kertas saring yang dimasukkan ke dalam corong lalu dipisahkan. Setelah itu dilakukan rekristalisasi ; membilas dengan 5 ml etanol ; menaruh hasil kristal ke dalam cawan porselin, sebelumnya cawan porselin ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat kosong cawan porselin tersebut, lalu mengeringkan hasil kristal dengan memasukkan cawan porselin ke dalam oven 100oC, tunggu hingga hasil kristal mongering ; menimbang hasil pengeringan kristal aspirin tersebut dengan timbangan elektrik untuk mengetahui hasil persen berat dari sintersis aspirin.
Sintetis aspirin termasuk reaksi esterifikasi. Asam salisilat dicampur dengan anhidrin asetat, menyebabkan reaksi kimia yang mengubah grup alkanol asam salisilat menjadi grup asetil (R-OH→R-OCOCH3). Proses ini menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang merupakan aspirin sampingan.  Sejumlah kecil asam sulfat umumnya digunakan sebagai katalis. Asam sulfat berfungsi sebagai donor proton sehingga ikatan rangkap pada anhidrin asetat lebih mudah terbuka lalu bergabung dengan asam salisilat yang kehilangan hidrogennya. Setelah proses pengikatan selesai, ion PO43- kembali mengikat proton H+ yang berlebih. Pada percobaan kali ini didapatkan aspirin seberat 0,81 gram. Rumus % rendemen yaitu :                                                           
Dan rumus untuk menghitung massa teoritis adalah :
Dari hasil perhitungan, diperoleh rendemen sebesar 44,50 %. Jumlah ini menyatakan perbandingan antara jumlah aspirin yang diperoleh dari percobaan dengan jumlah aspirin yang seharusnya diperoleh secara teoritis. Ada dua penjelasan mengenai ketidaksesuaian antara jumlah aspirin yang diperoleh dengan jumlah teoritis. Pertama, secara teoritis, aspirin yang dimaksud adalah padatan aspirin sedangkan aspirin yang diperoleh dari hasil percobaan adalah padatan aspirin dan kemungkinan sisa asam salisilat yang tidak bereaksi. Kedua, jika memang aspirin yang diperoleh dari percobaan adalah 100% aspirin, maka kesalahan terdapat pada proses pengerjaan. Kemungkinan, ada aspirin yang terlarut pada pelarut saat penyaringan pertama (sebelum rekristalisasi) sehingga mengurangi jumlah aspirin yang diperoleh. Seperti disebutkan sebelumnya, aspirin sedikit larut pada air dingin.

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan pembuatan aspirin ini dapat disimpulkan bahwa:
1.      Berat aspirin yang dihasilkan adalah 0,81 gram.
2.      Rendemen percobaan pembuatan aspirin ini adalah 44,50%.
   -      Faktor-faktor yang menyebabkan hasil praktikum tidak sesuai dengan teoritis adalah kemungkinan ada sisa asam salisilat yang tidak bereaksi, kesalahan pada proses pengerjaan dan ada aspirin yang terlarut pada pelarut saat penyaringan pertama (sebelum rekristalisasi) sehingga mengurangi jumlah aspirin yang diperoleh. 
 DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. 1986.Kimia Organik Jilid 2 Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Muchiagloss. (2013, April 18). Manfaat Aspirin. Retrieved from Medicalera: http://medicalera.com/3/3414/manfaat-aspirin
Puteri, R. F. (2013, April 18). Pembuatan Aspirin. Retrieved from Scribd: http://id.scribd.com/doc/90675145/Pembuatan-Aspirin
Wikipedia. (2013, April 18). Aspirin. Retrieved from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Aspirin.

No comments:

Post a Comment