I.
TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
harga COD dari suatu sampel air.
II.
DASAR TEORI
COD juga
merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan
organik pada air limbah. COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi secara kimia bahan organik di dalam air. Uji COD dapat dilakukan
lebih cepat dari pada uji BOD, karena waktu yang diperlukan hanya sekitar 2
jam.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen
Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya
oksigen yang terkandung didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen
yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil.
Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga
koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan
polutan – polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.
Chemical Oxygen Demand (COD) yaitu jumlah oksigen
(mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam
sampel air dimana peoksidasi K2Cr2O7 digunakan
sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka yang ditunjukkan COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air dari zat-zat organik yang secara alamiah dapat
mengoksidasi melalui proses mikrobiologis dan dapat juga mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Sebagian besar zat organis melalui tes
COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam
keadaan asam yang mendidih.
Adapun keuntungan dengan penambahan tes COD
dibandingkan tes BOD5, antara lain:
- Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5
memakan waktu 5 hari;
- Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l,
tidak dibutuhkan pengenceran sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan
pengenceran;
- Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty)
tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD5;
- Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Sedangkan kekurangan dari tes
COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang sebenarnya yang tidak
teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini
disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu
oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan
saja. Untuk tingkat ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13
mg/l. Sedangkan penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu
laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.
Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum
yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas
dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. Air Golongan B yaitu air yang
dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air minum dan
keperluam rumah tangga lainnya.
III.
ALAT DAN BAHAN
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a.
Alat
·
Buret
·
Statif dan klem
·
Erlenmeyer 250 ml
·
Botol semprot
·
Penangas
·
Pipet tetes
·
Gelas ukur
b.
Bahan
·
Larutan asam oksalat
·
Larutan H2SO4 0,02
N
·
Larutan KMnO4 0,1 M
·
Aquades
·
Sampel air laut
·
Sampel air sumur
·
Sampel air galon
IV.
PROSEDUR KERJA
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan
sampel yang akan digunakan (sampel air laut, air sumur dan air galon).
2. Memasukkan
10 ml sampel air laut ke dalam gelas kimia, kemudian menambahkan 0,5 ml larutan H2SO4.
Kemudian menambahkan lagi 1 ml larutan KMnO4. Memanaskan sampel
tersebut hingga mendidih.
3. Mendiamkan
selama + 2 menit dan menambahkan larutan asam oksalat sebanyak 1 ml.
4. Menitrasi
sampel tersebut dengan menggunakan larutan KMnO4 dalalam keadaan
panas (melakukannya di atas penangas)..
5. Mengulangi
langkah 2 – 4 dengan sampel yang berbeda yaitu sampel air sumur dan sampel air galon
6. Mencatat hasil yang di peroleh.
V.
HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
No
|
Perlakuan
|
Volume Titran
(mL)
|
||
V1
|
V2
|
Vrata-rata
|
||
1
|
Air Laut
10 mL air laut
+ 0,5 mL H2SO4 0,02 N + 1 mL KmnO4 0,1 M +
dipanaskan + 1 mL asam oksalat + dititrasi dengan KmnO4 0,1 M
|
2,3
|
2,7
|
2,5
|
2
|
Air galon
10 mL air galon + 0,5 mL H2SO4
0,02 N + 1 mL KmnO4 0,1 M + dipanaskan + 1 mL asam oksalat +
dititrasi dengan KmnO4 0,1 M
|
2,2
|
1,8
|
2,0
|
3
|
Air sumur
10 mL air sumur + 0,5 mL H2SO4
0,02 N + 1 mL KmnO4 0,1 M + dipanaskan + 1 mL asam oksalat +
dititrasi dengan KmnO4 0,1 M
|
1,4
|
1,8
|
1,6
|
Persamaan
Reaksi
Reduksi
: MnO4- + 8H+ + 5e-
---> Mn2+ + 4H2O
(x2)
Oksidasi
: C2O42- ---> 2CO2 + 2e-
(x5)
2MnO4-
+ 16H+ + 10e- ---> 2Mn2+ + 8H2O
5C2O42- ---> 10CO2 + 10e-
Redoks
: 2MnO4- + 16H+ + 5C2O42- ---> 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
Perhitungan
1.
Untuk sampel air
laut
2.
Untuk sampel air
galon
3. Untuk
sampel air sumur
VI.
PEMBAHASAN
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zatzat organis yang ada dalam 1 liter
saampel air, dimana pengoksidasi atau
digunakan sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran
air oleh zat zat organis yang secara
alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Tim Pengajar, 2011).
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk tujuan untuk mengetahui kadar oksigen terserap dari suatu sampel air. Sampel air
yang digunakan yaitu sampel air laut, air sumur dan air galon. Percobaan ini
menggunakan Permanganat sebagai zat pengoksidasinya sehingga prosesnya disebut
permanganometri. Prinsip titrasi
permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi.
Pada percobaan ini yaitu menentukan
kadar oksigen yang terserap terhadap tiga sampel air. Hal yang
pertama dilakukan
yaitu mengukur 10 ml sampel air kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
setelah itu menambakan asam sulfat pekat sebanyak 0,5 ml dan menambahkan kembali 1 ml larutan KMnO4. Kemudian
sampel tersebut di panaskan hingga mendidih, setelah mendidih mendiamkan selama
2 menit lalu ditambahkan larutan asam oksalat. Adapun fungsi pendinginan
tersebut yaitu untuk memperoleh kesetimbangan pada larutan. Setelah itu, sampel
tersebut di titrasi dalam keadaan panas dengan menggunakan KMnO4. Dimana menitrasi dalam keadaan
panas dilakukan karena reaksi tidak dapat berlangsung pada suhu kamar. Kemudian
menitrasi larutan tersebut hingga titik ekivalen terjadi yaitu di tandai dengan
adanya perubahan warna dari ungu menjadi
merah muda dan terdapat endapan.
Dengan
menggunakan metode titrasi permanganometri. Sampel air yang dimasukkan kedalam
Erlenmeyer mengandung senyawa organik. Penentuan zat organik dengan cara
oksidasi dapat dilakukan dalam suasana asam atau basa. Diketahui bahwa air yang
digunakan kemungkinan mengandung banyak ion seperti ion Cl- sehingga
menggunakan metode asam. Pada prinsipnya untuk penentuan zat organik
menggunakan metode asam, zat organik di dalam sampel dioksidasi oleh KMnO4
berlebih dalam keadaan asam dan panas (Anonim, 2011).
Pada
percobaan ini sebelum menambahkan KMnO4 larutan terlebih dahulu
ditambahkan dengan larutan asam sulfat atau H2SO4 untuk
membuat suasana asam dan pemanasan yang dilakukan karena KMnO4 dapat
mengoksidasi dalam keadaan asam dan panas. Asam sulfat adalah asam yang paling
sesuai, karena tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Larutan
yang terbentuk akan menjadi berwarna ungu karena kelebihan KMnO4 .
Sisa pengoksidasi KMnO4 dapat
dinetralkan dengan cara menambahkan
larutan asam oksalat H2C2O4 berlebih. Jadi, larutan asam oksalat berfungsi untuk
mereduksi dengan larutan asam oksalat
hingga larutan berubah warna menjadi bening dari yang awalnya berwarna
ungu pekat (SVEHLA, 1985).
Larutan
yang terbentuk (bening) akan kelebihan asam oksalat. Kelebihan asam oksalat
dititrasi kembali dengan KMnO4 atau kalium permanganat menjadi warna
merah muda dengan reaksi :
2 KMnO4 + 5H2C2O4
+ 3H2SO4 → 2MnSO4 + 10CO2 + K2SO4
Kalium
permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat
dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai indikator.
Oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan
langsung ditambahkan dengan larutan asam oksalat yang merupakan standar yang
baik untuk standarisasi permanganat dalam suasana asam. Larutan ini mudah diperoleh
dengan derajat kemurnian yang tinggi. Reaksi ini berjalan lambat pada
temperatur kamar dan biasanya diperlukan pemanasan hingga 60OC. Bahkan
bila pada temperatur yang lebih tinggi reaksi akan berjalan makin lambat dan
bertambah cepat setelah terbentuknya ion mangan (II) (Effendi, 2003).
Pada ketiga sampel
tersebut untuk mengetahui oksigen terserap pada setiap sampel dengan proses
titrasi volume KMnO4 yang digunakan berbeda-beda untuk sampel air laut
volume yang digunakan yaitu 2,5 mL, pada sampel air galon volume yang digunakan
yaitu 2,0 mL, dan sampel yang terakhir yaitu sampel air sumur volume yang
digunakan yaitu 1,6 ml. Adapun berdasarkan perhitungan, diperoleh kadar COD
dari tiap sampel air yaitu kadar COD untuk air laut 7,9 mg/L, air galon 6,32
mg/L dan air sumur 5,05 mg/L.
Dari hasil di atas,
dapat dilihat kadar COD dari air laut lebih besar dari sampel air lainnya. Hal ini disebabkan kadar oksigen dalam
air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin
tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan laut, kadar oksigen akan lebih
tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya
proses fotosintesis oleh
tumbuhan-tumbuhan laut. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi
tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kadar COD air laut pada percobaan ini tinggi karena air
laut yang diambil, merupakan air laut pada permukaan (Kurniawan,
2009).
COD yaitu suatu uji
yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya
kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air
Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum
golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD
melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk (Jevon, 2011)
VII.
KESIMPULAN
COD atau kebutuhan oksigen
kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada
dalam satu liter sampel air, Dari percobaan yang telah di lakukan dapat
di ketahui harga COD pada setiap sampel. Pada sampel air laut nilai COD yaitu 7,9 mg/l, pada
sampel air galon harga COD yang di peroleh yaitu 6,32 mg/l dan pada sampel air
sumur COD yaitu 5,05
mg/l.
No comments:
Post a Comment