Tuesday 4 March 2014

Laporan Penentuan Kadar Mn Dalam KmnO4

LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROSKOPI PENENTUAN KADAR Mn DALAM KMnO4



I.       Tujuan Percobaan
1.      Untuk mempelajari kelinieran antara  warna dan konsentrasi
2.      Dengan kurva baku hasil percobaan diatas, dicoba untuk menentukan kadar Mn dalam baja sebagai MnO4
3.      Untuk mengetahui kandungan unsur Mn dalam baja berdasarkan analisa
volumetri cara permanganometri
II.    Teori Dasar
Baja sangat berperan penting dalam kehidupan manusia dan tidak lepas dari kebutuhan manusia seperti alat-alat dapur, transportasi, generator sampai kerangka gedung. Pada baja terdapat komposisi Mangan yang tentu berbeda-beda pada setiap alat-alat tersebut.
 Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambing Mn dan nomor atom 25. Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh. Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air
dingin perlahan-lahan. Mangan digunakan untuk membentuk banyak alloy yang
penting. Dalam baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi
kekuatan, kekerasan,dankemampuan pengerasan. Dengan aluminum dan bismut,
khususnya dengan sejumlah kecil tembaga, membentuk alloy yang bersifat
ferromagnetik. Logam mangan bersifat ferromagnetik setelah diberi perlakuan.
Logam murninya terdapat sebagai bentuk allotropik dengan empat jenis. Salah
satunya,jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa tinggi; sedangkan mangan jenis
gamma, yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi, dikatakan fleksibel, mudah
dipotong dan ditempa.
Titrasi permanganometri ialah titrasi menggunakan larutan baku KMnO4
( kalium permanganat ). Reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks, KMnO4
bertindak sebagai oksidator dan zat yang dititrasi sebagai reduktor.
Reaksi KMnO4 ;
1.Dalam suasana Asam kuat.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + H2O
2.Dalam suasana Alkali, netral dan Asam lemah.
MnO4- + 4H+ + 3e → MnO2 + H2O
Untuk menunjukan akhir titrasi, ditandai dengan timbulnya warna merahmuda yang disebabkan kelebihan permanganat. Sumber-sumber kesalahan padatitrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada
titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah rosa.
Penentuan mangan dalam bijih besi merupakan salah satu penggunaan yang
terpenting dalam titrasi permanganat. Suatu larutan standar KMnO4 dapat
digunakan secara tidak langsung dalam penentuan pereaksi oksidasi terutama
oksida – oksida lebih tinggi dari logam – logam seperti timbal dan mangan.
Oksida demikian sukar dilarutkan dalam suasana asam dan basa tanpa mereduksi
logamnya menjadi keadaan oksidasi yang lebih rendah.
III. Alat dan Bahan
Alat- alat dan zat kimia :
*      Spekronic 2 1
*      Kuvet 2 buah
*      Botol Semprot
*      Labu Ukur 5 buah
*      Pipet Tetes
*      Pipet Volume
*      Aqua Dest
*      Larutan Mn (II) / KMnO4
*      Koperyodat
IV.  Cara Kerja
v  Pembuatan kurva baku
-Pipetlah sejumlah 2,5;3,5;5;7;11 ml larutan KMnO4 kedalam labu takar 25 ml kemudian encerkan dengan air ad tanda batas.
v  Penentuan panjang gelombang maksimum
-Ukurlah serapan dari salah satu larutan diatas dari panjang gelombang 400-600 nm.
-Dengan menggunakan panjang gel maks tersebut ukurlah serapan masing-masing larutan.
v  Penentuan Mn sebagai MnO4 ̄
-Sejumlah cuplikan Mn(II) diencerkan dalam labu ukur 100 ml.
-Tambahkan 5-10 ml H3PO4 pekat dan 0,5 g kaperyodat.
-Didihkan selama 1 menit, biarkan panas selama 10 menit.
-Encerkan larutan yang sudah dingin dengan 40 ml aqua.
-Ukur  resapannya dengan panjang gelombang λ maksimum
V.     Hasil  Percobaan dan Perhitungan
·           Larutan Induk
1 gram KMnO4/1000mL
=1000mg/ 1000mL
=1x106  g/103
=103 ppm
=1000 ppm
·           Konsentrasi standar   100 mg/ 1000mL
·           Larutan standar 
2,5mL, 3,5mL,5 mL, 7 mL, 11 mL
2,5 mL           à        2,5mL                         = 100 mg/ 1000 mL
                                  x/ 2,5mL          = 100 mg/ 1000 mL
                                  x                      = 0,25 à        0,25 mg/ 2,5 mL
3,5 mL           à        3,5 mL                         = 100 mg/ 1000 mL
                                  x/3,5 mL          = 100 mg/ 1000 mL
                                  x                      = 0,35 à        0,35 mg/ 3,5 mL
5 mL  à       5  mL                           = 100 mg/ 1000 mL
                                  x/5  mL            = 100 mg/ 1000 mL
                                  x                      =  0,5   à        0,5 mg/ 5 mL
7 mL  à       7  mL                           = 100 mg/ 1000 mL
                                  x/7  mL            = 100 mg/ 1000 mL
                                  x                      =  0,7   à        0,7 mg/ 7mL
11mL à       11  mL                                     = 100 mg/ 1000 mL
                                  x/11  mL          = 100 mg/ 1000 mL
                                  x                      =  0,11             à        0,11 mg/ 11mL
X (ppm)
Y
X2
Y2
XY
2,5
0,035
6,25
0,001225
0,0875
3,5
0,043
12,25
0,001849
0,1505
5
0,071
25
0,005041
0,355
7
0,099
44
0,003801
0,693
11
0,159
121
0,025281
1,749
= 29
= 0,407
= 208,5
= 0,037197
= 3,035
                                                       
 r    =        
          
      =                   5 x 3,035 29 x 0,407
           
      =                3,372
          
       =
b     =
                        
      =     5 x 3,035 29 x 0,407
   
      =        3,372
                    201,5
        =      0,0255
a    =      
                      N
       =     0,407 - 0,003234537 x 29
                               5
       =     -0,53102
                   5
       =     -0,1062
Persamaan Garis Lurus
y= a+bx
y= -0,1062 + 0,0255 x
Menentukan x atau konsentrasi sampel dari data yang diperoleh pada saat percobaan:
1.       Sampel I
y= a+bx
            0,061= -0,1062 + 0,0255 x
                0,061 + 0,1062= 0,0255 x
               X =       0,1672
                          0,0255 x
               X = 6,556863 ppm
2.       Sampel II
y= a+bx
            0,099= -0,1062 + 0,0255 x
                0,099+ 0,1062= 0,0255 x
               X =       0,2052
                           0,0255 x
                X  = 8,047058824 ppm
3        Sampel III
y= a+bx
            0,199= -0,1062 + 0,0255 x
                0,199+ 0,1062= 0,0255 x
               X =       0,3052
                           0,0255 x
               X = 11,96863 ppm
4        Kesimpulan
Semakin pekat suatu larut maka semakin banyak yang diserap
Dari Percobaan yang telah dilakukan
a= -0,1062
b= 0,0255
Persamaan Linearnya adalah
y= a+bx
y= -0,1062 + 0,0255 x
DAFTAR PUSTAKA
http://adityabeyubay359.blogspot.com/2009_06_27_archive.html
Mahyudin. 2010. Panduan Belajar dan Praktikum Analisa Fisika Kimia. Padang: Universitaas Andalas

No comments:

Post a Comment